"Boleh aku minta rokokmu? Rokokku ketinggalan di
rumah."
"Silahkan, tapi tidak gratis. Kau harus
membayarnya dengan bercerita tentang bagaimana harimu kemarin," jawab Eva
sambil menyalakan laptopnya. "Maaf sebelumnya karena aku tidur lebih cepat
dan tidak sempat mengirim pesan untukmu," Yuri mengambil satu batang rokok
Camel Purple dari bungkus rokok milik Eva.
"Silahkan mas, mba..." pelayan cafe itu
mengantarkan dua gelas minuman pesanan mereka-satu gelas milkshake oreo dan
satu gelas kopi hitam.
"Tenang saja, aku tidak marah denganmu. Aku cukup
mengerti, dirimu yang sekarang sedang kacau," Eva membuka folder di
laptopnya. Folder itu berisi sebuah series komedi berjudul Friends-serial
komedi buatan Amerika Serikat. Ia mengunduhnya di sebuah situs web yang isinya
banyak dipenuhi oleh film ataupun serial bajakan.
"Tidak sedang kacau, tapi sangat kacau,"
Yuri menaruh rokok itu ke mulutnya yang kering karena ia perokok aktif dan
jarang sekali minum air putih. "Biar ku nyalakan rokokmu itu, bodoh,"
Eva mengambil korek dan menyalakannya ke rokok yang berada di mulut Yuri.
"Kau boleh merokok banyak, tapi jangan lupa untuk makan dan minum air
putih yang banyak. Apakah kau ingin membiarkan mulutmu yang kering itu
menyentuh bibirku yang lembut ini? idiot!" keluh Eva dengan tatapan manja.
Yuri menghisap rokok itu. Merasakan asapnya yang masuk
ke tenggorokan, kemudian ke paru-paru, dan kembali ke tenggorokannya lalu
keluar dari mulutnya. Membiarkan segala zat beracun yang dibawa oleh asap itu
dan menikmati segala racun yang ia hirup beserta penyakit yang kapan saja bisa
datang ke tubuhnya seperti tulisan yang ada pada bungkus rokok itu-merokok
sebabkan kanker mulut. "Dirimu tidak perlu repot-repot memikirkannya, aku
sudah rencanakan untuk itu. Berhenti merokok tidaklah mudah, itu sama saja seperti
kehilangan sepertiga bagian dari hidupku. Terkecuali, kau mau menjadi sepertiga
bagian itu."
"Nyenyenye. Kalau begitu tak usah berhenti
merokok, akan aku temani merokok," Eva mengambil rokoknya lalu menaruhnya
di mulut dan dengan cepat Yuri menyalakan rokoknya. "Kau itu gila, tak
usah berpikiran untuk waras dengan berhenti merokok. Asap ini salah satu caramu
untuk sedikit mengalihkan realita yang pahit bukan?" lanjut Eva mengejek
Yuri yang sedang meminum segelas kopi hitam panasnya. Yuri terdiam menatap Eva yang
sedang sibuk mengotak-atik laptopnya.
"Kau tak usah menatapku dengan tatapan jelekmu itu, Yuri. Aku pikir, kau harus melihat serial komedi ini karena selera humormu buruk. Aku yakin ini akan sedikit menghiburmu, hitung-hitung juga untuk mengasah kemampuan bahasa inggrismu yang tak kalah buruk dari selera humormu itu."