Malam itu, mereka bertiga sedang berkumpul merasakan
badannya dibelai lembut oleh udara yang begitu dingin.
"Apakah kalian sadar? Terkadang secara tidak
sadar, kita menjadi budak ketika sedang jatuh cinta," Neil membuka
pembicaraan yang entah dari mana ia bisa berpikir hal remeh semacam itu. Ia
mengambil kompor portabel dari tasnya, lalu memasang gas portabel mini ke
kompor itu. "Kenapa kau baru berpikir seperti itu? Bukankah sedari dulu aku
pernah bilang kalau dirimu adalah budak dari pacarmu itu?" jawab Yuri
sambil menyiapkan air dan memasukkannya ke dalam cooking set-peralatan
memasak seperti panci kecil yang dibawa pada saat kegiataan out door.
"Kalian berdua banyak bacot. Cepatlah sedikit,
otakku sudah kekurangan kafein."
"Mau aku tampar wajahmu dengan kompor ini, Jhon?
Lumayan loh, wajahmu mungkin bisa sedikit enak dilihat setelah kompor ini
melayang ke arah wajahmu dan menciummu dengan lembut," Yuri meledek Jhon
yang juga membuat Yuri sedikit agak kesal. "Sebaiknya, kau ikut membantu
kami dengan meracik kopi dan gula di gelas ini. Kalau kau tidak mau membantu,
lebih baik kau minum saja sendiri urin mu itu."
"Sudah pernah, Neil. Rasanya asam, pahit,
pokoknya tidak enak. Mungkin suatu saat kalau kau mau, dengan senang hati ku
kasih urinku padamu. Tidak perlu membayarnya, semuanya gratis. Kalau kau mau
meminumnya langsung dari sumbernya, juga boleh," Jhon meracik kopi dan
gula itu seperti barista-sebutan orang yang bekerja untuk membuat dan
menyajikan kopi kepada pelanggan.
"Asal kalian tahu, aku sudah putus dengan
pacarku."
"Kau serius? Sejak kapan Neil?" Jhon
bertanya dengan ekspresi yang sedikit kaget.
"Minggu ini, tepat hari senin. Maka dari itu
kalian aku ajak untuk mendaki," jawab Neil sambil menyalakan rokok
Sampoerna Mild yang ia beli di base camp Gunung Prau tadi sore.
"Sudah ku duga. Malam ini, di Puncak Gunung Prau
dengan ketinggian sekitar 2590 MDPL ini, kita sedang merayakan pembebasan salah
satu budak idiot yang pernah ada di muka bumi ini," ucap Yuri yang sudah
siap untuk bersulang-sulangan.
"Merdekalah budak idiot sepertimu, Neil. Mari
kita bersulang," Jhon mengangkat segelas kopi dan disusul oleh Yuri.
"Oke-oke, teoriku selama ini tentang kalian
memanglah benar. Kalian memang terlahir lewat anus ayam betina milik Pak Tono
yang diperkosa oleh lima setan buta yang sedang birahi," ungkap Neil
menyusul untuk saling bersulang-sulangan.
"Oh Neil, tak usah cemberut begitu. Mukamu mengingatkanku dengan tekstur anus ayam betina yang melahirkan kami," protes Yuri terhadap ekspresi Neil yang sedang meminum segelas kopinya yang panas.