The Mountain I

 


Malam itu, mereka bertiga sedang berkumpul merasakan badannya dibelai lembut oleh udara yang begitu dingin.

"Apakah kalian sadar? Terkadang secara tidak sadar, kita menjadi budak ketika sedang jatuh cinta," Neil membuka pembicaraan yang entah dari mana ia bisa berpikir hal remeh semacam itu. Ia mengambil kompor portabel dari tasnya, lalu memasang gas portabel mini ke kompor itu. "Kenapa kau baru berpikir seperti itu? Bukankah sedari dulu aku pernah bilang kalau dirimu adalah budak dari pacarmu itu?" jawab Yuri sambil menyiapkan air dan memasukkannya ke dalam cooking set-peralatan memasak seperti panci kecil yang dibawa pada saat kegiataan out door.

"Kalian berdua banyak bacot. Cepatlah sedikit, otakku sudah kekurangan kafein."

"Mau aku tampar wajahmu dengan kompor ini, Jhon? Lumayan loh, wajahmu mungkin bisa sedikit enak dilihat setelah kompor ini melayang ke arah wajahmu dan menciummu dengan lembut," Yuri meledek Jhon yang juga membuat Yuri sedikit agak kesal. "Sebaiknya, kau ikut membantu kami dengan meracik kopi dan gula di gelas ini. Kalau kau tidak mau membantu, lebih baik kau minum saja sendiri urin mu itu."

"Sudah pernah, Neil. Rasanya asam, pahit, pokoknya tidak enak. Mungkin suatu saat kalau kau mau, dengan senang hati ku kasih urinku padamu. Tidak perlu membayarnya, semuanya gratis. Kalau kau mau meminumnya langsung dari sumbernya, juga boleh," Jhon meracik kopi dan gula itu seperti barista-sebutan orang yang bekerja untuk membuat dan menyajikan kopi kepada pelanggan.

"Asal kalian tahu, aku sudah putus dengan pacarku."

"Kau serius? Sejak kapan Neil?" Jhon bertanya dengan ekspresi yang sedikit kaget.

"Minggu ini, tepat hari senin. Maka dari itu kalian aku ajak untuk mendaki," jawab Neil sambil menyalakan rokok Sampoerna Mild yang ia beli di base camp Gunung Prau tadi sore.

"Sudah ku duga. Malam ini, di Puncak Gunung Prau dengan ketinggian sekitar 2590 MDPL ini, kita sedang merayakan pembebasan salah satu budak idiot yang pernah ada di muka bumi ini," ucap Yuri yang sudah siap untuk bersulang-sulangan.

"Merdekalah budak idiot sepertimu, Neil. Mari kita bersulang," Jhon mengangkat segelas kopi dan disusul oleh Yuri.

"Oke-oke, teoriku selama ini tentang kalian memanglah benar. Kalian memang terlahir lewat anus ayam betina milik Pak Tono yang diperkosa oleh lima setan buta yang sedang birahi," ungkap Neil menyusul untuk saling bersulang-sulangan.

"Oh Neil, tak usah cemberut begitu. Mukamu mengingatkanku dengan tekstur anus ayam betina yang melahirkan kami," protes Yuri terhadap ekspresi Neil yang sedang meminum segelas kopinya yang panas.